Vaksin DPT pada ibu hamil

Vaksin DPT pada ibu hamil

     

            Pernahkah anda mendengar tentang pentingnya melakukan vaksin DPT pada ibu hamil? Ya, pemberian berbagai jenis vaksin, termasuk vaksin DPT pada ibu hamil, merupakan satu topik yang memiliki urgensi dan kepentingan tersendiri. Tentunya banyak sekali para ibu maupun calon ibu yang ingin memberikan proteksi terbaik dari berbagai penyakit berbahaya bagi dirinya dan sang buah hati yang berada di dalam kandungan. Di saat yang sama, para ibu pun pasti memiliki kekhawatiran tersendiri akan kemungkinan efek samping pada diri mereka dan bayinya bila mereka harus mendapatkan suntikan vaksin tersebut. Kedua hal berlawanan tersebut sangatlah wajar dialami oleh semua ibu hamil. Maka, informasi yang terpercaya dan dapat dijadikan acuan sangatlah diperlukan.

Artikel terkait : BEDA VAKSIN PENTABIO INFANRIX PEDIACEL

            Hal pertama yang perlu kita ketahui adalah apakah sebenarnya pemerintah Indonesia sudah mencanangkan program yang membahas hal ini atau belum. Ternyata, sejak tahun 1979, pemerintah sudah mengimplementasikan satu bagian dari vaksinasi DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus), yaitu vaksin TT (tetanus toksoid) sebagai bagian dari program yang bertajuk ETN (Eliminasi Tetanus Neonatorum). Program pemberian vaksin TT ini merupakan program yang diadaptasi dari rekomendasi World Health Organization (WHO). Program tersebut terus berjalan hingga sekarang dan menurut laporan tahun 2011 telah mencakup 63.6% dari seluruh ibu hamil di Indonesia.2 Angka cakupan yang belum sempurna, bukan? Bagaimana dengan negara lain? Mengambil contoh dari Amerika Serikat, CDC (Center for Disease Control and Prevention) sebagai badan kesehatannya memberikan rekomendasi untuk semua ibu hamil usia 27-36 minggu untuk mendapatkan vaksinasi DPT.3 Bentuk vaksin yang direkomendasikan oleh CDC sendiri adalah vaksin Tdap (tetanus, difteri, acellular pertussis). Untuk cakupannya, laporan terpisah dari CDC menyebutkan bahwa 54% dari seluruh ibu hamil di 4 negara bagian di Amerika Serikat sudah mendapatkan vaksinasi Tdap pada tahun 2015.4 Hal diatas menunjukkan bahwa meskipun vaksin DPT mulai berkembang di berbagai belahan dunia, kesadaran akan pentingnya vaksinasi ini masih harus ditingkatkan lagi.

            Sempat disinggung diatas mengenai jenis vaksin DPT yang diberikan pada ibu hamil adalah TT di Indonesia dan Tdap di Amerika Serikat, yang juga diikuti beberapa negara lain. Kedua vaksin ini dipilih untuk ibu hamil dikarenakan level keamanannya yang tinggi bila diberikan kepada ibu hamil. Sebagai rekomendasi dari WHO, vaksin TT tentunya sudah melewati berbagai penelitian yang membuktikan keamanannya pada ibu hamil dan efektivitasnya dalam membentuk imunitas terhadap bakteri Clostridium tetani penyebab penyakit tetanus. Satu contoh studi adalah studi dari dr. Gupta dan dr. Keyl di India yang mendapatkan kemampuan vaksin TT dalam menurunkan angka kemunculan tetanus pada bayi sebesar 88% dibanding bila tidak diberikan vaksinasi.5 Studi mengenai pemberian vaksin Tdap pada ibu hamil sendiri tergolong lebih baru, dimana satu studi dari dr.Becker-Dreps di Amerika Serikat awal tahun ini menunjukkan penurunan risiko bayi terjangkit pertussis/batuk rejan apabila pada saat ibu di usia kehamilan 27 bulan keatas mendapatkan vaksinasi Tdap.6 Terlebih lagi, dari kedua studi tersebut tidak didapatkan peningkatan kemunculan efek samping akibat pemberian vaksin ini. Namun, perlu diketahui bahwa saat ini WHO merekomendasikan penggantian vaksin TT menjadi vaksin Td untuk ibu hamil. Adanya wabah difteri di beberapa negera seperti Indonesia, Bangladesh, Kenya dan South Africa adalah salah satu alasan supaya ibu hamil mendapat dual proteksi.    Kapankah vaksin ini diberikan pada ibu hamil dan berapa kali? Mengenai waktu pemberian, sama seperti yang telah dituliskan diatas, waktu terbaik untuk pemberian vaksin ini adalah pada saat trimester ketiga kehamilan sang ibu (27 minggu hingga 36 minggu). Apakah bisa diberikan sebelum trimester ketiga? Bisa, hanya saja efektivitas vaksin ini akan berkurang jauh apabila diberikan sebelum usia kehamilan 27 minggu, sehingga biasanya dokter akan menyarankan pemberian vaksin ulang. Beberapa studi membuktikan efektivitas vaksinasi TT dan Tdap paling tinggi apabila diberikan pada kurun waktu 27-36 minggu, terutama bila diberikan di minggu-minggu awal trimester ketiga kehamilan.6 Untuk banyaknya jumlah pemberian dosis, untuk vaksin TT direkomendasikan untuk diberikan pada ibu hamil sebanyak 2 kali paling tidak, dengan jarak antar pemberian selama 4 minggu. Vaksin Tdap sendiri menurut CDC cukup diberikan satu kali dosis penyuntikan intramuscular di daerah lengan atas (daerah otot bisep).  

            Efek samping yang mungkin muncul dengan pemberian vaksin ini pada umumnya sama seperti pemberian vaksin DPT seperti biasa, yaitu demam singkat atau nyeri dan bengkak di daerah penyuntikan. Efek samping ini bersifat sementara dan umumnya tidak berlangsung lama. Efek samping yang lebih serius, seperti kejang, sangat jarang terjadi pada pemberian vaksin ini. Bagaimana dengan bayi yang dikandung? Satu studi oleh dr. Layton di tahun 2017 membuktikan bahwa tidak ada efek samping berbahaya bagi bayi setelah mereka lahir apabila pada saat kehamilan sang ibu mendapatkan vaksinasi  Tdap ini.

            Lalu, apa yang akan terjadi bila kita tidak mendapatkan vaksinasi ini? Seperti yang kita ketahui bahwa bayi banyak mendapatkan banyak manfaat dan perlindungan dari ibunya selama masih berada dalam kandungan, dan hal ini termasuk ketahanan tubuh akan penyakit seperti pertussis dan tetanus. Apabila sang ibu hamil telah mendapatkan vaksin DPT selama kehamilannya, maka anak pun akan terlindungi sejak lahir hingga saat sang bayi sudah harus mendapatkan vaksinasi sendiri. Bermanfaat bukan? Banyak pula studi dari berbagai penjuru dunia menyatakan bahwa bayi dari seorang ibu hamil tanpa vaksinasi ini akan memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami batuk rejan/pertussis dan tetanus.5,6,7 Terutama pada saat kecil sebelum sang bayi cukup usianya untuk mendapatkan vaksin DPTnya sendiri. Melindungi anak adalah kewajiban orang tua. Mulailah dari diri sendiri dan sedari dini. 

 

Daftar pustaka

  1. Tdap vaccine during pregnancy reduces newborn pertusis. Available from: https://www.aafp.org/news/health-of-the-public/20171010pregtdapstudy.html. Accessed [31 Dec 2018]
  2. Kementrian Kesehatan RI. Buletin jendela data dan informasi kesehatan. 2011. Jakarta:Departemen Kesehatan RI. 2-7.
  3. Center for Disease Control and Prevention. Pregnancy? Get Tdap in your third semester. Available from: https://www.cdc.gov/features/tdap-in-pregnancy/index.html. Accessed [30 Dec 2018]
  4. Kerr S, et al. Tdap vaccination coverage during pregnancy – selected sites, United States, 2006-2015. Weekly . 2017 Oct; 66(41);1105-1108.
  5. Gupta SD, Keyl PM. Effectiveness of prenatal tetanus toxoid immunization against neonatal tetanus in a rural area in India. Pediatr Infect Dis J. 1998 Apr; 17(4):316-21.
  6. Becker-Dreps S, et al. Effectiveness of prenatal tetanus, diphtheria, and acellular pertussis vaccination in the prevention of infant pertussis in the U.S. Am J Prev Med 2018 Aug; 55(2):159-166.
  7. Layton JB, et al. Prenatal Tdap immunization and risk of maternal and newborn adverse effects. Vaccine. 2017 Jul 24;35(33):4072-4078.

Artikel terkait: DAFTAR HARGA VAKSIN / BIAYA IMUNISASI KLINIK VAKSINASI RAISHA