1. Home
  2. /
  3. POSTING
  4. /
  5. Uncategorized
  6. /
  7. 7 KESALAHAN ORANG TUA...
imunisasi bayi,vaksin anak,vaksinasi bayi

ketakutan imunisasi bayi

Kekhawatiran orang tua menjadi hal yang lumrah ketika sang buah hati akan atau telah mendapatkan imunisasi. Tetapi kekhawatiran itu juga perlu dikelola dengan baik, karena kekhawatiran yang tidak dikelola dengan baik alih-alih akan memperbaiki keadaan tetapi justru malah menyebabkan keadaan yang tidak diinginkan. Kekhawatiran yang tidak perlu itulah yang mesti dihindari karena jelas itu adalah sebuah kesalahan.

Berikut adalah 7 kesalahan orang tua paling sering yang ditemukan ketika berhubungan dengan imunisasi buah hati mereka:

  1. “Setelah imunisasi kok anak saya tidak demam sama sekali seperti anak lainnya ya? Jangan-jangan vaksinnya tidak bekerja”. Pernyataan seperti ini yang kadang membuat tenaga medis ingin menjawab “demam salah, nggak demam salah..lalu maunya gimana?”. Tapi jawaban seperti itu pastinya tidak menyelesaikan masalah. Penjelasannya adalah seperti ini; Saat ini semakin majunya teknologi kedokteran penggunaan vaksin dengan antigen yang lebih kecil telah banyak dilakukan, tetapi vaksin-vaksin ini menggunakan ajuvan (bahan tambahan) yang lebih baik dari sebelumnya sehingga diharapkan dengan antigen yang kecil bisa merangsang respon imun dengan kekuatan yang sama atau bahkan lebih besar dibanding vaksin tanpa ajuvan, dan juga meminimalisir efek samping atau kejadian ikutan pasca imunisasi.

    Artikel terkait : AWAS, ALUMINIUM DALAM VAKSIN HPV (KANKER SERVIKS)!

  2. Tidak menyediakan obat turun panas setelah bayi diimunisasi. Hal ini kadang dianggap wajar oleh orang tua ketika setelah vaksin sang buah hati kemudian demam, dan kadang mereka justru takut efek dari vaksinnya akan menurun setelah diberi obat turun panas. Pemberian obat demam sebenarnya sangat penting apalgi ketika anak mulai demam di atas 38,5 derajas celcius karena pada bayi resiko kejang akibat demam yang tinggi bisa terjadi, dan pemberian obat turun panas tidak akan mengurangi efek dari imunisasi sehingga tidak perlu hingga harus mengulang imunisasi setelah diberikan obat tersebut.
  3. “Penyakitnya kan di Indonesia sudah tidak ada, kenapa anak saya tetap harus di vaksin? Kan kasian harus disuntik terus”. Di Indonesia memang sudah tidak ada, tetapi banyak orang-orang dari luar negeri yang bisa membawa penyakit tersebut ke Indonesia dan menyebabkan wabah. Tetapi ketika seluruh dunia telah mampu mengeradikasi penyakit tersebut, saat itulah kita sudah tidak membutuhkan vaksin tersebut seperti yang sudah terjadi dengan variola atau cacar api.
  4. Cukup vaksin dengan yang diwajibkan pemerintah saja. Ingat, pemerintah mewajibkan vaksin-vaksin tertentu karena berbagai alasan selain kepentingan medis, misal karena Indonesia sendiri sudah mampu memproduksinya, Indonesia mendapat jatah vaksin murah dari produsen luar negeri(harga yang dipatok ke tiap negara bisa sangat berbeda), dan masih banyak lagi. Kita ambil contoh vaksin HPV untuk mencegah kanker serviks hingga lebih 93%. Kenapa pemerintah kita tidak mewajibkannya, padahal kejadian kanker serviks sangat banyak di Indonesia. Vaksin ini pun sudah diwajibkan dan digratiskan di negara australia, selandia baru, dan malaysia.
  5. “Saya tidak tega kalau anak saya terlalu sering disuntik”. Apakah Anda tega kalau anak Anda sering sakit. Tentunya kita sebagai orang tua tidak menginginkan hal itu.
  6. “Saya dulu tidak pernah imunisasi tetapi sekarang sehat-sehat aja”. Bisa jadi Anda terlindungi oleh orang-orang yang sudah divaksin, karena untuk mengeradikasi suatu penyakit di suatu daerah kita tidak perlu memberikan vaksin ke 100% orang dalam populasi tersebut, tetapi cukup sekitar 95% yang sering kita sebut sebagai cakupan imunisasi (untuk tiap vaksin akan berbeda target cakupan imunisasi yang diperlukan).
  7. “Kemarin anak tetangga saya habis diimunisasi dengan vaksin X, tetapi besoknya malah kena penyakit X”. Banyak kemungkinan yang bisa terjadi dari kasus tersebut; Pertama karena vaksin baru bekerja setelah 10-14 hari disuntikkan; Kedua vaksin tidak pernah melindungi 100%. Sama halnya ketika seseirang berperang dengan menggunakan perisai, maka orang tersebut tetap dapat terluka. Satu-satunya cara agar orang tersebut tidak terluka adalah tidak berperang, bukan tidak menggunakan perisai. Dalam keadaan sesungguhnya kita dipaksa untuk berperang dengan berbagai kuman yang ada secara alamiah di sekitar kita, apalagi Indonesia adalah negara tropis yang terkenal dengan berbagai infeksi tropisnya; Ketiga jika vaksin yang disuntikkan adalah vaksin hidup bisa jadi kuman tersebut kembali reaktif meskipun kejadian seperti itu teramat sangat jarang terjadi.

Artikel terkait: DAFTAR HARGA VAKSIN / BIAYA IMUNISASI KLINIK VAKSINASI RAISHA