1. Home
  2. /
  3. POSTING
  4. /
  5. JADWAL IMUNISASI VAKSINASI
  6. /
  7. JADWAL IMUNISASI BAYI PREMATUR...

 

   Materi tentang jadwal imunisasi bayi prematur dan BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) ini adalah materi yang dikutip dari sumber lain, untuk itu kami tidak menghilangkan daftar pustaka tulisan agar pembaca dapat menelusuri kebenaran informasi tulisan ini. Tulisan ini cukup menarik dan cukup mampu mempresentasikan beberapa jadwal yang sering dibutuhkan untuk imunisasi terutama pada bayi prematur dan BBLR. Berikut kutipan materinya:

 

  • Imunisasi Pada Bayi Prematur dan BBLR

   Bayi prematur memperoleh jumlah antibodi melalui plasenta yang lebih rendah daripada bayi aterm. Karena antibodi pada bayi premature tingkatnya lebih rendah, maka antibodi tidak bertahan selama seperti pada bayi aterm. Pada bayi prematur, antibody yang berasal dari turunan maternal berada dalam titer yang rendah dan durasi yang lebih pendek dari pada bayi aterm. Karena bayi prematur bergantung pada sistem kekebalan tubuh mereka sendiri untuk perlindungan segera daripada bayi cukup bulan, sangat penting bagi mereka untuk menerima vaksinasi yang diperlukan sehingga mereka dapat melindungi diri terhadap penyakit. Sehingga, bayi prematur dengan kondisi klinis yang baik harus diimunisasi sesuai dengan umur kronologisnya dengan dosis dan jadwal yang sama dengan bayi cukup bulan, terlepas dari berat lahir mereka.3

 

  • Vaksin Hepatitis B

Bayi prematur, termasuk bayi berat lahir rendah, tetap dianjurkan untuk diberikan imunisasi7, sesuai dengan umur kronologisnya dengan dosis dan jadwal yang sama dengan bayi cukup bulan.6,7,8,10 Tabel 1 memperlihatkan pola pemberian imunisasi pada bayi prematur atau bayi berat lahir rendah.8 Pemberian vaksin Hepatitis B pada bayi prematur dapat juga dilakukan dengan cara di bawah ini:10

  1. Bayi prematur dengan ibu HBsAg positif harus diberikan imunisasi HB bersamaan dengan HBIG pada 2 tempat yang berlainan dalam waktu 12 jam. Dosis ke-2 diberikan 1 bulan kemudian, dosis ke-3 dan ke-4 diberikan umur 6 dan 12 bulan.
  2. Bayi prematur dengan ibu HBsAg negative pemberian imunisasi dapat dengan :
  3. Dosis pertama saat lahir, ke-2 diberikan pada umur 2 bulan, ke-3 dan ke-4 diberikan pada umur 6 dan 12 bulan. Titer anti Hbs diperiksa setelah imunisasi ke-4.
  4. Dosis pertama diberikan saat bayi sudah mencapai berat badan 2000 gram atau sekitar umur 2 bulan. Vaksinasi HB pertama dapat diberikan bersama-sama DPT, OPV (IPV) dan Haemophylus influenzae B (Hib). Dosis ke-2 diberikan 1 bulan kemudian dan dosis ke-3 pada umur 8 bulan. Titer antibody diperiksa setelah imunisasi ke-3.

 

jadwal imunisasi hep b prematur

 

American Academy of Pediatrics  (AAP) menganjurkan pemberian imunisasi HB pada bayi premature dengan cara sebagai berikut:11

  1. Bayi yang lahir dari Ibu HBsAg negatif dan berat badan < 2 kg; pemberian imunisasi ditunda sampai anak keluar dari rumah sakit, yaitu sampai berat badan anak ≥ 2 kg atau umur anak ± 2 bulan. Vaksinasi yang diberikan sebanyak 3 dosis. Pada pasien ini tidak diperlukan pemeriksaan serologik.
  2. Bayi yang lahir dari Ibu dengan HBsAg positif:
  • Bayi prematur: dosis pertama diberikan dalam 12 jam pertama. Dosis kedua diberikan 1 – 2 bulan kemudian dan dosis ketiga pada umur 6 – 18 bulan. HBIG 0,5 ml diberikan segera pada tempat yang berbeda.
  • Bayi prematur dengan berat lahir < 2 kg: dosis pertama yang diberikan tidak dihitung, dilanjutkan 3 dosis lagi sampai total 4 dosis. Pemeriksaan anti-HBs dan HBsAg dilakukan 1–3 bulan setelah dosis ke empat. Bila konsentrasi anti HBs < 10 mIU/ml berikan 3 dosis lagi dengan jadwal 0,1 dan 6 bulan diikuti pemeriksaan anti HBs 1 bulan sesudah dosis ke tiga.
  • Bayi yang lahir dari Ibu dengan status HBsAg tidak diketahui:

   Bayi prematur dengan berat lahir < 2 kg: status HBsAg Ibu diperiksa sesegera mungkin, bila dalam 12 jam tidak dapat ditentukan maka berikan HBIG 0,5 ml dan vaksinasi dosis pertama. Bila ternyata HBsAg ibu positif, maka dosis pertama tidak dihitung, lanjutkan sebanyak 3 dosis lagi sampai total 4 dosis.  Pemeriksaan anti-HBs dan HBsAg dilakukan 1–3 bulan setelah dosis keempat. Bila konsentrasi anti HBs < 10 mIU/ml diberikan 3 dosis lagi dengan jadwal 0,1 dan 6bulan, diikuti dengan pemeriksaan anti HBs 1 bulan sesudah dosis ke tiga.

jadwal vaksin hep b prematur2

   Hal-hal yang perlu diperhatikan pada bayi kurang bulan adalah titer imunitas pasif melalui transmisi maternal lebih rendah daripada bayi cukup bulan,dan respons imun bayi-bayi tersebut masih belum efektif. Sistem imun belum cukup matur untuk meningkatkan respon imun yang adekuat. Bila imunisasi diberikan segera setelah lahir, hanya 53-68% yang akan mengalami serokonversi 1 bulan pasca imunisasi ketiga. Penundaan imunisasi akan meningkatkan angka serokonversi menjadi 90 %, tetapi dengan lama proteksi yang belum diketahui. Keberhasilan imunisasi tergantung beberapa faktor, yaitu: status imun, faktor genetik pejamu, serta kualitas dan kuantitas vaksin.8

Artikel terkait : BEDA VAKSIN HEPATITIS B DEWASA DAN ANAK BAYI

   Keberhasilan imunisasi memerlukan maturitas imunologik. Pada neonatus,fungsi makrofag masih kurang, terutama fungsi mempresentasikan antigen karena ekspresi HLA (human leukocyte antigen)  pada permukaannya  masih kurang dan deformabilitas membran serta respons kemotaktik yang masih kurang. Kadar komplemen dan aktivitas opsonin komplemen masih rendah demikian pula aktivitas kemotaktik serta daya lisisnya. Fungsi sel Ts (T supressor) relatif lebih menonjol dibandingkan pada bayi atau anak karena memang fungsi imun pada masa intrauterin lebih ditekankan pada toleransi. Hal ini masih terlihat pada bayi baru lahir. Pembentukan antibodi spesifik terhadap antigen tertentu masih kurang. Dengan sendirinya, vaksinasi pada neonates akan memberikan hasil yang kurang sempurna dibandingkan dengan anak.Namun demikian bayi prematur atau bayi berat lahir rendah tetap dianjurkan untuk diimunisasi sesuai usia kronologisnya, dan dosis vaksin tidak perlu dikurangi.6

   Waktu yang optimal bagi pemberian imunisasi HB pada bayi prematur dengan ibu HBsAg negatif belum dapat dipastikan. Beberapa laporan menyebutkan ditemuinya kadar serokonversi yang lebih rendah pada bayi berat lahir rendah yang diimunisasi segera setelah lahir dibandingkan dengan bayi prematur yang diimunisasi lebih lambat dan bayi cukup bulan yang diimunisasi segera setelah lahir. Oleh karena itu, dianjurkan untuk menunda imunisasi bayi premature dengan berat lahir kurang dari 2 kg dengan ibu HBsAg negatif sampai mereka meninggalkan rumah sakit, yaitu pada waktu berat bayi mencapai 2 kg atau lebih atau setidaknya sampai umur 2 bulan, diberikan bersamaan dengan imunisasi lain. Apabila imunisasi HB diberikan sebelum bayi berumur 2 bulan, dianjurkan memberikan imunisasi ulangan.7

   Bayi prematur atau bayi berat lahir rendah dari ibu pengidap HVB, seyogyanya imunisasi dan HBIG diberikan segera setelah lahir, serta dilakukan pemeriksaan anti HBs satu bulan sesudah imunisasi ke-3 atau ke-4. Penelitian kohort multisenter di Thailand dan Taiwan terhadap bayi dari ibu pengidap HB yang telah memperoleh imunisasi dasar 3x pada masa bayi, didapatkan bahwa pada umur 5 tahun, 90,7 % di antaranya masih memiliki titer antibodi anti HBs yang protektif ( titer anti HBs > 10 mlU/ml ). Mengingat pola epidemiologi HB di Indonesia mirip dengan negara tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa imunisasi ulang pada usia 5 tahun tidak diperlukan kecuali apabila titer anti HBsAg < 10 mlU/ml. Bila status ibu tidak diketahui sebaiknya diberikan sesuai imunisasi pada bayi dengan ibu HBsAg positif. Apabila sampai dengan usia 5 tahun anak belum pernah memperoleh imunisasi HB, maka secepatnya diberikan (catch-up vaccination). Ulangan imunisasi HB (hep B-4) dapat dipertimbangkan pada umur 10-12 tahun.5,12 Saat ini telah beredar vaksin kombinasi HB dengan DPT. Untuk bayi berumur < 6 minggu pemberian vaksin kombinasi ini tidak dianjurkan karena DPT hanya diberikan pada umur > 2 bulan jadi tidak dapat diberikan sebagai imunisasi HB pertama pada bayi baru lahir.10

   Penyuntikan dianjurkan di daerah deltoid atau paha anterolateral. Titer antibodi pada penyuntikan di deltoid, terbukti 17 kali lebih tinggi dibandingkan dengan penyuntikan di regio gluteus. Kurang lebih 20 % subyek dengan suntikan di gluteus gagal memproduksi antibodi protektif, hal ini mungkin di-sebabkan karena banyaknya jaringan lemak sehingga suntikan tidak mencapai otot.  Efektifitas vaksin HB berkisar antara 90-95 % (pada titer anti HBs >10 mlU/ml). Memori sistem imun diperkirakan menetap paling tidak sampai dengan 12 tahun pasca imunisasi. Dalam keadaan normal, tidak dianjurkan untuk memberikan imunisasi ulangan (booster). Pada bayi dan anak, tidak dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan anti HBs pra dan pasca imunisasi secara rutin. Uji serologi pasca imunisasi hanya dilakukan pada populasi risiko tinggi, yaitu 1-2 bulan sesudah imunisasi yang ketiga.8

   Pada dasarnya jadwal imunisasi hepatitis B bayi kurang bulan atau bayi berat lahir rendah sama dengan bayi cukup bulan, hanya dosis yang pertama diberikan pada umur 2 bulan atau lebih sesuai dengan usia kronologisnya, atau berat badan telah mencapai ≥ 2 kg. Kecuali apabila diketahui ibu mempunyai titer HBsAg positif, imunisasi HB mulai diberikan dalam 12 jam pertama dan dosis pertama ini tidak dihitung, namun dilanjutkan 3 dosis lagi sampai total 4 dosis dengan jadwal yang sama dengan bayi cukup bulan (0,1,6 bulan). Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemberian imunisasi HB:5

  1. Pada bayi kurang bulan atau bayi berat lahir rendah titer imunitas pasif melalui transmisi maternal lebih rendah daripada bayi cukup bulan.
  2. Penyuntikan dianjurkan di daerah deltoid atau paha anterolateral.
  3. Imunisasi ulangan secara rutin pada usia dibawah 12 tahun tidak dianjurkan. Memori sistem imun diperkirakan menetap paling tidak sampai dengan 12 tahun pasca imunisasi.

 

  • Vaksin Difteri, Tetanus, Pertusis, Polio, dan Haemophilus influenza type b (Hib)

   Beberapa studi yang dilakukan dalam beberapa taun terakhir telah mengkonfirmasi temuan-temuan sebelumnya yang berhubungan dengan tingkat keamanan, imunogensitas, dan efficacy dari DTaP, difteri, tetanus toxoids (TT), DTwP, Hib, oral poliovirus (OPV) , dan IPV dimulai pada 2 bulan usia kronologisnya. Pada bayi prematur yang tidak memiliki komplikasi, besarnya respons imun pada bayi premature cenderung berbanding lurus dengan usia gestasi dan berat badan lahir. Pada bayi ELBW dengan umur gestasi <31 minggu dengan keadaan klinis postnatal yang kompleks akan cenderung menurun pada saat pemberian imunisasi lengkap, meskipun bersifat melindungi.3

   Tingkat keparahan penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin pada bayi prematur mengahalangi penundaan inisiasi dosis pertama vaksin DTaP, Hib, atau IPV melebihi usia kronolgis 2 bulan pada bayi prematur yang stabil secara medis. Tingkat keamanan  vaksin DTwP, DTaP, Hib, dan IPV yang diberikan pada bayi prematur dan BBLR sebanding dengan bayi aterm, dengan tidak adanya peningkatan kejadian pasca imunisasi. Ketidakmatangan relatif dari system imun pada bayi premature dan BBLR dapat menekan bentuk reactogenicity vaksin dan paradoxiacally protective dari kejadian ikutan pasca imunisasi ringan yang berasal dari vaksin-vaksin ini. 3

 

  • Vaksin BCG

Di New Zealand direkomendasikan bahwa pemberian imunisasi BCG harus diberikan secepat mungkin sesaat setelah bayi lahir dimana bayi tersebut memiliki resiko yang tinggi terhadap tuberculosis dan yang memenuhi kriteria eligibilitas. Beberapa studi menunjukkan respon bayi prematur dan BBLR terhadap imunisasi BCG dapat dilihat dari bekas luka, Mantoux response,dan atau tes inhibisi migrasi limfosit untuk mengetahui respon dari bayi tersebut. Beberapa data mengindikasikan bahwa pemberian imunisasi BCG pada usia gestasi 34 minggu atau lebih menunjukkan respon imun yang bagus. Data lain menunjukkan bahwa imunisasi BCG dapat diberikan pada bayi dengan usia gestasi <31 minggu atau dapat ditunda sampai usia gestasi 31 minggu jika bayi tersebut lebih prematur dari pada ini. Bayi lahir dengan usia gestasi 34 minggu atau lebih dapat menerima vaksin sesaat setelah dia lahir.12,13 Bayi lahir sebelum usia gestasi 34 minggu harus ditunda dalam pemberian BCG sampai usia gestasi mencapai 34 minggu.15

 

  • Pneumococcal Conjugated Vaccine

PCV7 telah terbukti dapat menjadi immunogenic pada bayi lahir dengan usia gestasi ≥27 sampai <37 minggu dan bayi lahir dengan berat <2500, <1500, dan <1000. Meskipun besarnya respon pada serotype rendah pada bayi premature atau BBLR dari pada bayi aterm, baik efficacy dan efektivitas pada PCV7 telah dibuktikan pada penelitian ini. Meskipun, waktu pemberian booster/ dosis ke-4 pada tahun kedua setelah dia lahir direkomendasikan. PCV7, secara umum dapat ditoleransipada bayi prematur dan atau BBLR dengan kemungkinan pengecualian yaitu pada resiko apneu pada bayi prematur dan atau BBLR, dan demam pada bayi dengan berat badan lahir <1000 gram.16,17

 

 

 

KESIMPULAN

   Bayi prematur dengan keadaan medis yang stabil harus menerima semua vaksin yang direkomendasikan secara teratur pada usia kronologis yang sama seperti yang dianjurkan untuk bayi cukup bulan. Dalam kebanyakan situasi, usia kehamilan dan berat bayi lahir harusnya tidak menjadi faktor yang menentukan apakah bayi prematur atau BBLR untuk diimunisasi sesuai jadwal. Bayi dengan berat lahir kurang dari 2000 gram, mungkin memerlukan modifikasi dari waktu pemberian hepatitis B imunoprofilaksis tergantung pada status HBsAg ibu.

   Dosis vaksin yang biasanya diberikan untuk bayi cukup bulan tidak boleh dikurangi atau dibagi ketika diberikan kepada bayi prematur atau BBLR. Meskipun penelitian telah menunjukkan penurunan respon imun untuk bebrapa vaksin yang diberikan kepada VLBW, ELBW dan bayi prematur dengan usia kehamilan <29 minggu, kebanyakan bayi prematur menghasilkan imunitas yang diinduksi oleh vaksin secara cukup untuk mencegah penyakit saat dosis penuh diberikan. Tingkat keparahan penyakit yang dapat dicegah oleh vaksin pada bayi prematur dan BBLR menghalangi keterlambatan dalam memulai pemberian vaksin ini.

   Paha anterolateral menjadi tempat pilihan pada pemberian vaksin pada bayi prematur secara intramuscular. Pilihan jarum yang digunakan untuk pemberian vaksin secara intramuscular dibuat untuk disesuaikan massa otot pada bayi prematur dan kemungkinan kurang dari ukuran standar yaitu 7/8 inci-1 inci.

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

  1. Hadinegoro SRH. Pedoman pelaksanaan imunisasi pada anak. Dalam: Tumbelaka AR, Hadinegoro SRH, Satari HI, Oswari H, penyunting. Strategi pemilihan dan penggunaan vaksin serta antibiotik dalam upaya antisipasi era perubahan pola penyakit. Naskah lengkap Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak FKUI XXXlX. FKUI; 1997. Jakarta: Balai Penerbit FKUI 1997. h. 49-37.
  2. Pusat Data dan Informasi Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia. Tinggi, Kasus Bayi Prematur di Indonesia.Jakarta: Cakrawala. 2002.
  3. Saari NT. Immunization of Preterm and Low Birth Weight Infants. Pediatrics. United States: American Academy of Pediatrics, 2003: p. 193-8.
  4. Ranuh IGNG, Suyitno H,Sri RSH, et al., Pedoman Imunisasi di Indonesia. 2011. Jakarta : Balai Penerbit IDAI.
  5. Pemberian imunisasi hepatitis B pada bayi premature. Sari Pediatri Vol.4, 2003: p. 163-7.
  6. Satgas Imunisasi IDAI. Jadwal imunisasi rekomendasi IDAI. Sari Pediatri 2000; 2:43-7.
  7. Satari HI. Imunisasi pada keadaan khusus. Dalam: Tumbelaka AR, Hadinegoro SRH, Satari HI, Oswari H, penyunting. Strategi pemilihan dan penggunaan vaksin serta antibiotik dalam upaya antisipasi era perubahan pola penyakit. Naskah lengkap Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak FKUI XXXlX. FKUI; 1997; Jakarta: Balai Penerbit FKUI,1997. h. 63-51.
  8. Pujiarto PS. Kebijakan tatalaksana hepatitis virus A,B,C,pada anak. Dalam: Zulkarnain Z, Bisanto J, Pujiarto PS, Oswari H, penyunting. Tinjauan komprehensif hepatitis virus pada anak. Naskah lengkap Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak FKUI XLlll. FKUI; 2000;Jakarta: Balai Penerit FKUI 2000. h.136-113.
  9. American Academy of Pediarics, Committee on Infectious Diseases. Recommended childhood immunization schedule-United States, January-December 1997. Pedi-atrics 1997; 99:136-7.
  10. Siregar SP. Imunisasi pada kelompok berisiko. Dalam:Ranuh IGN, Soeyitno H, Hadinegoro SRS, Kartasasmita C, penyunting. Buku Imunisasi Di Indonesia, edisi pertama. 2001. Jakara: Satgas Imunisasi IDAI, 2001.h. 49-56.
  11. American Academy of Pediatrics. Hepatitis A, B, C and E. Dalam: Peter G, Hall CB, Halsey NA, Marcey SM, Pickering LK, penyunting. 1997 Red Book. Report of the committee on infectious diseases, edisi ke-24, 1997.h. 254-9.
  12. Hadinegoro SRS. Jadwal imunisasi rekomendasi IDAI. Dalam: Ranuh I.G.N, Soeyitno H, Hadinegoro SRS, Kartasasmita C, penyunting. Buku Imunisasi di Indo-nesia, edisi pertama. 2001. Jakarta: Satgas Imunisasi IDAI, 2001. h. 63-9.
  13. Ministry of Health. Immunisation handbook 2011. Wellington: Ministry of Health; 2011.
  14. Sedaghatian MR, Hashem F, Hossain MM. Bacille Calmette Guerin vaccination in pre-term infants. Int J Tuberc Lung Dis. 1998;2(8):679-82.
  15. Thayyil-Sudhan S, Kumar A, Singh M, Paul VK, Deorari AK. Safety and effectiveness of BCG vaccination in preterm babies. Arch Dis Child Fetal Neonatal Ed. 1999;81(1):F64-6
  16. D’Angio CT, Heyne RJ, O’Shea TM, Schelonka RL, Shankaran S, Duara S, et al. Heptavalent pneumococcal conjugate vaccine immunogenicity in very-low-birth-weight, premature infants. Pediatr Infect Dis J. 2010;29(7):600-6.
  17. Shinefield HM, Black SM, Ray PM, Fireman BM, Schwalbe JM, Lewis EM. Efficacy, immunogenicity and safety of heptavalent pneumococcal conjugate vaccine in low birth weight and preterm infants. Pediatr Infect Dis J. 2002;21(3):182-6.

 

   Baiklah sekian kutipan tulisan yang bisa kami bagikan kepada Anda. Untuk jadwal vaksin lainnya seperti rotavirus, MMR, dan lain-lain diberikan seperti biasa sesuai usia kronologisnya. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua, khususnya para orang tua bayi prematur. Ingat bayi prematur justru akan lebih rentan terkena infeksi, sehingga jika kita memiliki bayi prematur justru jangan jadikan prematuritas sebagai alasan untuk tidak mengimunisasinya.