Reaksi alergi baik yang ringan maupun yang berat, merupakan sesuatu yang dapat kita temukan dalam berbagai tindakan medis, tidak terkecuali reaksi alergi terhadap vaksin HPV. Seberapa seringkah reaksi ini muncul? Dan apa yang dapat memicu kemunculan reaksi ini?
Artikel terkait : VAKSIN HPV 5 ALASAN PENTING SAAT INI WAJIB DIBERIKAN PADA PEREMPUAN
Hal pertama yang penting kita tahu adalah semua tindakan medis bisa mengakibatkan efek samping termasuk alergi. Bahan penyebab alergi, atau yang disebut juga sebagai alergen, merupakan hal yang sebenarnya sering kita temukan dimanapun. Alergen ini dapat berbentuk apa saja, mulai dari bahan makanan yang kita konsumsi seperti telur, susu, kedelai, gandum, bahkan udang, yang kesemuanya kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Di dunia medis, “alergen” terkenalnya misalnya lateks, bahkan sesuatu yang kita hirup seperti debu pun bisa menjadi alergen bagi orang yang sensitif. Prinsip penting lainnya yang harus diingat adalah tidak semua orang memiliki alergi. Penyebab alergi setiap orang berbeda-beda, dan tidak semua hal yang bisa menjadi alergen bagi seseorang akan menjadi alergen pula bagi orang lain.
Vaksin, termasuk vaksin HPV, juga tidak luput dari hal ini. Dalam pembuatannya, vaksin HPV menggunakan beberapa alergen yang sedikit tersisa dalam produk akhirnya. Alergen apakah itu? Ternyata dalam prosesnya, vaksin HPV menggunakan bantuan yeast atau ragi, yang umumnya digunakan dalam pembuatan roti dan kue. Akan tetapi, tidak semua jenis vaksin HPV, hanya vaksin HPV kuadrivalen (nama dagang Gardasil) yang menggunakan ragi. Jumlahnya pun cukup rendah yakni, 0.007 miligram saja.2
Seberapa seringkah alergen ini menimbulkan gejala? Sebuah laporan penelitian dari Australia pada tahun 2008 yang dilakukan oleh seorang dokter, dr.Brotherton dan timnya dari University of Sydney menyimpulkan bahwa dari seluruh pemberian vaksin HPV yang tercatat, rasio kemunculan reaksi alergi hanyalah 2.6 kasus tiap 100.000 dosis, dan kesemuanya dapat diatasi dengan baik tanpa ada efek samping lanjutan.3 Laporan serupa ditemukan pula dari laporan studi oleh tim lain, dimana dr. Kang dan teman-temannya menemukan rasio munculnya alergi terhadap vaksin HPV adalah 1 dari 100.000 dosis, tidak jauh berbeda dari studi sebelumnya.4 Dari data ini terlihat jelas bahwa meskipun mungkin muncul, reaksi alergi terhadap vaksin HPV bukanlah hal yang sering terjadi.
Lalu, bagaimanakah gejalanya? Gejala yang muncul bisa bersifat ringan seperti kemerahan dan gatal di lokasi penyuntikan atau bisa pula menyebar di seluruh tubuh atau bengkak di daerah mata (angioedema), yang lebih jarang muncul dibandingkan gejala lain yang relatif lebih ringan. Tanda alergi berat juga bisa terjadi seperti rasa sesak nafas dan lemas karena tekanan darah yang menurun.3 Tentunya gejala – gejala ini mengkhawatirkan. Maka, ada baiknya sebelum vaksinasi kita memastikan terlebih dahulu alergi apa yang mungkin kita miliki bila kita tidak mengetahuinya. Dokter akan memintakan pemeriksaan alergi bernama skin prick test untuk memastikan diri kita tidak memiliki reaksi terhadap alergen tertentu, dan bila tidak ada reaksi kemerahan yang muncul maka kita dapat dengan tenang mendapatkan vaksinasi yang kita inginkan. Sebaliknya, jika ternyata kita memiliki alergi terhadap suatu hal, semisal alergi ragi, maka kita dapat mengganti vaksin yang akan kita gunakan dari kuadrivalen menjadi bivalen yang tidak mengandung ragi. Cara ini dapat digunakan untuk meminimalisir kemungkinan alergi terhadap vaksin HPV. Apabila, reaksi alergi terjadi, segeralah ke dokter atau rumah sakit terdekat.
Kemungkinan akan terjadinya alergi terhadap vaksin HPV adalah nyata. Namun, bukan berarti imunisasi pelindung wanita dari kanker serviks ini berbahaya. Mari atur jadwal vaksinnya, agar tetap jadi wanita sehat dan bahagia.
Daftar Pustaka
- Skin disorder post gardasil. Diakses dari https://www.sott.net/article/268041-Skin-disorders-post-Gardasil. Tanggal 25 Maret 2019.
- Offit PA. Vaccine ingredients – yeast. Diakses dari https://www.chop.edu/centers-programs/vaccine-education-center/vaccine-ingredients/yeast. Tanggal 24 Maret 2019.
- Brotherton JM, Gold MS, Kemp AS, McIntyre PB, Burgess MA, Campbell-Lyiod S, et al. Anaphylaxis following quadrivalent human papillomavirus vaccination. DOI: https://dx.doi.org/10.1503%2Fcmaj.080916. Tanggal 24 Maret 2019.
- Kang LW, Crawford N, kang MLK, Buttery J, Royle J, Gold M, et al. Hypersensitivity reaction to human papillomavirus vaccine in Asutralian schoolgirl: retrospective cohort study. DOI: https://dx.doi.org/10.1136%2Fbmj.a2642. Tanggal 24 Maret 2019.
Artikel terkait: DAFTAR HARGA VAKSIN / BIAYA IMUNISASI KLINIK VAKSINASI RAISHA