1. Home
  2. /
  3. POSTING
  4. /
  5. VAKSIN HPV (KANKER SERVIKS)
  6. /
  7. VAKSIN HPV SEBELUM PAP...
Vaksin HPV sebelum Pap Smear

Vaksin HPV sebelum Pap Smear

            Bagi yang sudah familiar dengan istilah HPV (Human Papilloma Virus) dan kanker leher rahim atau kanker serviks tentunya mengenal pemeriksaan pap smear juga, akan tetapi pertanyaan yang terkadang masih dapat ditemukan adalah, apakah ada pengaruhnya bila kita vaksin HPV sebelum pap smear? Apakah kita jadi tidak perlu pap smear lagi? Pentingkah sebenarnya pap smear dalam kondisi ini?

Artikel terkait : VAKSIN HPV 5 ALASAN PENTING SAAT INI WAJIB DIBERIKAN PADA PEREMPUAN

            Sebelum kita beranjak menjawab pertanyaan diatas, ada baiknya kita mengenal kembali istilah-istilah yang berkaitan dengan bahasan kita kali ini dan bagaimanakah kondisinya di Indonesia. Yang pertama perlu kita ketahui adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi HPV. Kebanyakan khalayak umum, hanya mengetahui bahwa virus HPV hanya menyebabkan penyakit kanker leher rahim. Dalam dunia medis, penyakit ini dikenal dengan kanker serviks. Kanker serviks adalah penyakit keganasan yang sangat dikhawatirkan oleh para wanita karena menjadi salah satu yang paling sering ditemukan pada kaum hawa, dimana kanker ini menjadi kanker keempat terbanyak yang dapat ditemukan pada wanita menurut data tahun 2018 dari World Cancer Research Fund (WCRF).2 Data yang sama dari badan tersebut juga menyebutkan bahwa di seluruh dunia terdapat 569,847 kasus kanker serviks baru yang tercatat pada tahun 2018 saja, 6.9% dari seluruh kanker pada wanita di dunia! Angka yang cukup mengkhawatirkan. Bagaimana dengan Indonesia? Di Indonesia sendiri, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia memberikan estimasi jumlah kasus kanker serviks di Indonesia sebesar 98,692 kasus pada tahun 2013.3 Hal ini menggarisbawahi pentingnya kita semua mengetahui cara mendeteksi dan mencegahnya.

            Namun, tahukah anda bahwa virus yang memiliki hingga 150 jenis ini juga dapat menyerang sistem organ lain selain sistem reproduksi pada perempuan? Ya! Virus ini pun dapat menyebabkan penyakit di daerah mulut dan saluran nafas. Pada laki-laki, virus ini dapat mengakibatkan kanker pada daerah genital yakni penis dan anal/anus. Jadi, laki-laki dan perempuan sama pentingnya untuk mendapatkan perindungan dari penyakit ganas yang mematikan ini. Peneliti pun sepakat bahwa 80% manusia akan terinfeksi dengan virus ini ketika hidup.4 Artinya, setiap manusia memiliki resiko untuk terjangkit virus bukan?

       Untuk mendeteksi adanya tanda-tanda kemunculan kanker serviks ini, seseorang perlu mendapatkan pemeriksaan pap smear. Pemeriksaan serupa pun dilakukan pada laki-laki untuk mendeteksi kanker yang disebabkan oleh HPV misalnya kanker anal. Apa itu pap smear? Pap smear yang sering juga dikenal sebagai pap test atau lengkapnya Papanicolau test adalah suatu pemeriksaan dimana sebagian kecil jaringan dari bagian leher rahim (atau bisa pula jaringan dari anus pada laki-laki) akan diambil secara halus dengan menggunakan apusan atau spatula. Jaringan tersebut kemudian akan dilihat dibawah mikroskop untuk menentukan apakah sel dari jaringan yang diambil sudah mengalami perubahan dari normal atau sudah berubah, bahkan dapat menyerupai jaringan kanker. Pemeriksaan untuk deteksi dini kanker serviks ini direkomendasikan oleh American Cancer Society dilakukan setiap tiga tahun sekali pada wanita berusia 21 tahun keatas, dan apabila sudah berusia 30 tahun keatas, dilakukan setiap 5 tahun sekali dibarengi dengan tes titer HPV.5

            Bila tadi kita membahas bagaimana cara mendeteksinya, tidak kalah penting untuk kita ketahui bagaimana cara mencegahnya, yaitu dengan imunisasi HPV.  Vaksin HPV direkomendasikan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) untuk mulai diberikan pada usia 10-13 tahun, dengan dosis kedua dan ketiga berselang 6-12 bulan setelah dosis sebelumnya.6 Bila anda belum mendapatkan suntikan vaksin HPV ini, maka PAPDI (Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia) menyarankan untuk seseorang dapat menerima dosis vaksinasi HPV ini sebanyak tiga kali pada usia aktif seksual (19-55 tahun) dengan jarak antar dosis minimal 1 bulan.7 Tentunya, efektivitas vaksin HPV ini sudah tidak diragukan lagi dalam mencegah kemunculan kanker serviks. Satu review dari dr. Cutts dan rekan yang dimuat di majalah ilmiah WHO (World Health Organization) menyebutkan bahwa beberapa studi yang mengobservasi efek pemberian vaksin HPV terhadap kemunculan kanker serviks mendapatkan bahwa vaksin ini dapat mencegah kemunculan lesi kanker dengan efektivitas 100%!8 Tak ayal lagi, vaksin HPV merupakan satu hal yang wajib kita dapatkan untuk memastikan hidup sehat kita.

            Nah, setelah kita mengetahui informasi penting diatas, mari kita kembali ke pertanyaan diatas. Apakah kita tetap perlu pap smear bila kita sudah mendapatkan vaksin HPV? Apalagi jika mengingat hasil vaksin HPV yang sangat efektif dalam mencegah kemunculan kanker serviks. Ternyata, pap smear tetap diperlukan meskipun vaksin HPV sudah kita dapatkan. Hal ini dikarenakan sifat vaksin HPV yang tidak dapat melindungi diri kita dari seluruh jenis HPV yang dapat menyebabkan kanker serviks, melainkan hanya 70-90% dari seluruh jenisnya saja.

            Yang menarik, beberapa studi lain menyebutkan bahwa ada kemungkinan kedepannya kita tidak memerlukan pap smear rutin lagi bila sudah mendapatkan vaksin HPV, melainkan cukup dengan dua atau tiga kali pemeriksaan saja selama hidupnya. Studi ini kemukakan oleh dr. Landry dan timnya dari Queen Mary University, London, Inggris Raya. Menurut dr. Landry, efektivitas vaksin HPV yang sudah terbukti tinggi oleh berbagai studi membuat tim mereka tertarik untuk meneliti seperlu apakah pemeriksaan penapis atau screening ini dibutuhkan, terutama apabila kemungkinan terkena kanker serviks pada populasi yang sudah tervaksin sudah sangat rendah. Yang mereka temukan adalah meskipun pap smear sebanyak dua kali efektif dalam memastikan kondisi leher rahim seseorang bebas dari kanker, pemeriksaan ketiga dan selanjutnya memiliki efek minimal dalam membantu mendeteksi kanker serviks bagi seseorang yang sudah mendapatkan vaksin HPV. Sebaliknya, bila anda belum pernah mendapatkan vaksin HPV, maka screening rutin sangat dibutuhkan untuk dapat mendeteksi kemunculan lesi kanker serviks, dimana tim peneliti dari London menemukan angka minimal tujuh kali pemeriksaan selama hidupnya dapat secara efektif mendeteksi dini dan mencegah kemunculan kanker.9  Selanjutnya, bolehkan kita melakukan vaksin HPV walaupun belum pernah melakukan pemeriksaan pap smear? HPV dapat masuk ke dalam tubuh karena kontak kulit dengan kulit terutama pada saat berhubungan sexual. Jika seseorang sudah aktif secara seksual dan belum pernah mendapatkan vaksin, menurut CDC untuk perempuan berumur lebih dari 30 bisa melakukan pemeriksaan pap smear terlebih dahulu. Terlebih lagi, pemeriksaan ini tidak menimbulkan efek samping. Menurut banyak studi, paparan HPV pada seseorang yang berumur kurang dari 30 tahun masih sedikit, pun penemuan kanker serviks pada usia awal 20 tahunan melalui pap smear juga masih sangat kecil angkanya, sehingga pemberian vaksin HPV tanpa pap smear boleh diberikan pada golongan usia ini terutama yang belum aktif secara seksual.10   

            Di Indonesia kini pap smear sudah tersedia di berbagai tempat layanan kesehatan, dan terbuka untuk umum bila ingin mendaftar dan ikut memeriksakan diri. Jangan sampai kita kecolongan dan maksimalkan perlindungan diri kita dengan vaksinasi dan screening rutin!

 

Daftar Pustaka

  1. CNN Wire. FDA approves use of HPV vaccine for adults 27 – 45. Diakses dari https://fox59.com/2018/10/06/fda-approves-use-of-hpv-vaccine-for-adults-27-to-45/. Tanggal 28 Januari 2019.
  2. World Cancer Research Funds. Worldwide cancer data. Diakses dari https://www.wcrf.org/dietandcancer/cancer-trends/worldwide-cancer-data. Tanggal 27 Januari 2019.
  3. Sabrida, H. Peranan deteksi dini kanker untuk menurunkan penyakit kanker stadium lanjut. In:Aprianda R [ed]. Buletin Kanker. 2015. Jakarta:Kementrian Kesehatan RI. Hal.7-8.
  4. 6 Reasons to get HPV Vaccine for your child. Diakses dari https://www.cdc.gov/hpv/infographics/vacc-six-reasons.html. Tanggal 27 Januari 2019.
  5. American Cancer Society. The American cancer society guidelines for the prevention and early detection of cervical cancer. Diakses dari https://www.cancer.org/cancer/cervical-cancer/prevention-and-early-detection/cervical-cancer-screening-guidelines.html. Tanggal 27 Januari 2019.
  6. Jadwal imunisasi anak 2017. Diakses dari http://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/jadwal-imunisasi-2017. Tanggal 27 Januari 2019.
  7. PB PAPDI. Jadwal imunisasi dewasa 2017. Diakses dari https://www.pbpapdi.org pada tanggal 27 Januari 2019
  8. Cutts FT, et al. Human papillomavirus and HPV vaccines: a review. Bull World Heatl Organ. 2017 Sep;85(9):649-732.
  9. Landry R, et al. What cervical screening is appropriate for women who have been vaccinated against high risk HPV? a simulation study. Int J Cancer. 2018 Feb 15;142(4):709-18.
  10. CDC. Cervical cancer screening with the HPV test and pap test in women 30 and older. Diakses dari https://www.cdc.gov/cancer/cervical/pdf/hpv_testing_2012_english.pdf. Tanggal 28 Januari 2019.

Artikel terkait: DAFTAR HARGA VAKSIN / BIAYA IMUNISASI KLINIK VAKSINASI RAISHA