1. Home
  2. /
  3. POSTING
  4. /
  5. VAKSIN HEPATITIS
  6. /
  7. IMUNISASI HEPATITIS B :...
hepatitis b

imunisasi hepatitis b

 

TANYA JAWAB SEPUTAR IMUNISASI HEPATITIS B

 

1. Mengapa isu infeksi hepatitis B dan vaksinasi hepatitis B ini menjadi sangat penting untuk dibahas?

   Berdasarkan data dari Riskesdas 2013, 1 dari 100 orang Indonesia terinfeksi hepatitis, dan 28% nya diakibatkan oleh infeksi hepatitis B. Berarti sekitar 1 di antara 400 orang Indonesia terinfeksi hepatitis B. Begitu banyaknya hingga setiap pasien yang akan dilakukan suatu tindakan seperti operasi, persalinan, bahkan sekedar rawat inap perlu dilakukan pemeriksaan HBsAg untuk memastikan mereka tidak terinfeksi hepatitis sehingga tidak menularkan ke karyawan rumah sakit. Sekali lagi saya tekankan yang dicek adalah hepatitis bukan HIV AIDS yang sering kita takutkan selama ini, karena angka kejadian dan penularannya lebih tinggi, dan tingkat mortalitasnya pun juga bisa dibilang lebih tinggi dan terjadi lebih cepat.

 

2. Siapa saja yang sebaiknya mendapatkan vaksin hepatitis B?

   ACIP (The Advisory Committee on Immunization Practices ) merekomendasikan vaksinasi / imunisasi orang-orang yang memiliki faktor resiko tinggi seperti di bawah ini:

  • Semua bayi, sejak dilahirkan
  • Semua anak berusia
  • Partner seks yang mempunya HBsAg yang  positive
  • Multiple sexual partner (mempunyai partner seks >1 dalam kurun waktu 6 bulan)
  • Orang yang sedang menjalankan pengobatan penyakit kelamin
  • Pasangan homosexual
  • Pemakai obat injeksi
  • Orang yang tinggal serumah dengan penderita hepatitis B
  • Pekerja bidang kesehatan dan laboratorium yang berhubunan dengan darah dan cairan tubuh
  • Penderita penyakit ginjal stadium akhir termasuk pre-dialisa, hemodialisa,  peritoneal dialisa, dan pasien dialisa dirumah
  • Penghuni dan pengurus rumah penderita gangguan perkembangan orang cacat
  • Wisatawan
  • Penderita penyakit hati kronik
  • Penderita dengan infeksi HIV AIDs
  • Pasien diabetes mellitus dewasa berusia antara 19 – 59 tahun yang belum divaksinasi
  • Semua orang yang memerlukan perlindungan terhadap kemungkinan infeksi virus hepatitis B

 

3. Apakah vaksinasi / imunisasi aman untuk saya?

   Seperti halnya sebuah obat, kemungkinan terjadinya efek samping atau reaksi yang tidak diinginkan tetap saja ada, tetapi kemungkinan terjadi reaksi berat teramat sangat kecil terlebih lagi produk vaksin hepatitis B yang beredar saat ini berbeda dengan yang beredar puluhan tahun yang lalu dimana yang digunakan bukan virus utuh melainkan hanya rekombinan dari protein penyusun virus. Jadi tidak mungkin vaksin ini akan menyerang penerima vaksin. Jika dianalogikan seperti memasukkan kaki palsu seorang penjahat ke dalam tempat penyimpanan harta, maka tidak mungkin harta itu akan hilang. Tentunya berbeda dengan memasukkan penjahat yang sudah tampak lemah ke dalam tempat penyimpanan harta, maka masih ada kemungkinan penjahat itu menjadi sehat kembali dan mencuri harta tersebut.

Artikel terkait : VAKSIN HEPATITIS B : DEWASA DAN ANAK BAYI

 

4. Bagaimana efektivitas vaksin hepatitis B, terutama pada orang-orang yang beresiko tinggi?

   Efikasi vaksin hepatitis B terkait dengan induksi antibodi anti-HBs, tetapi juga melibatkan induksi dari sel T memori. Konsentrasi anti HBs 10 mIU/ml yang diukur 1-3 bulan setelah dosis terakhir vaksinasi dasar dipertimbangkan sebagai penanda yang reliabel untuk proteksi terhadap infeksi. Tiga dosis vaksin dasar menginduksi konsentrasi antibodi proteksi >95% pada anak >1 tahun dan dewasa muda.

   Setelah usia 40 tahun, tingkat respon antibodi menurun secara gradual. Diantara orang-orang yang tidak berespon terhadap 3 dosis vaksin dasar (sehingga titer antibodi

   Meta analisis dari beberapa RCT tentang vaksinasi hepatitis B saat lahir menemukan bahwa anak-anak yang divaksin dan dulunya lahir dari ibu yang terinfeksi hepatits B 3,5 kali kemungkinan lebih rendah untuk terinfeksi HBV secara signifikan (RR 0,28; 95% CI 0,20-0,40). Vaksin ini juga efektif menurunkan baik insiden HCC dan kematian akibat HCC.

   Penundaan dosis lahir meningkatkan resiko terkena infeksi HBV. Salah satu studi menunjukkan resiko infeksi HBV untuk anak>1 tahun dari ibu HbsAg positif meningkat secara signifikan ketika dosis pertama vaksin hepatitis B diterima setelah 7 hari debandingkan dengan yang diberikan pada hari 1-3 setelah lahir (OR 8,6 artinya beresiko 8,6 kalinya).

 

5. Apakah semua orang akan mendapatkan efektivitas yang sama setelah menerima vaksin hepatitis B?

   Reaksi sistim imunologi tubuh pada setiap individu yang mendapatkan vaksinasi atau imunisasi vaksin hepatitis B itu berbeda-beda, pada umumnya dan pada individu yang sehat dan reaksi imunologi tubuhnya normal, maka dalam waktu sekitar 10 hari hingga 2 minggu kita telah bisa mendeteksi adanya zat antibody terhadap virus hepatitis B didalam darahnya. Bila dalam pemeriksaan jumlah antibody (titer antibody anti HBs) didalam darah ditemukan titer > 10 mIU/mL , maka artinya orang tersebut sudah kebal dan akan terlindung dari infeksi virus hepatitis B ini.

   Namun pada keadaan tertentu, seperti orang berusia lanjut, bayi yang premature, pada orang kelebihan berat badan atau obesitas reaksi atau respons sistim imunologi tubuhnya akan lebih lambat atau tidak sebanding dengan jumlah dosis vaksin hepatitis B yang diberikan.

   Hal ini juga terjadi pada mereka yang kita golongkan sebagai “low responder“, yaitu mereka yang setelah mendapatkan dosis yang adekuat vaksin hepatitis B, namun respon imunologi tubuhnya tidak seperti yang seharusnya, sehingga bila kita mengukur jumlah atau titer antibody dalam darahnya, maka titernya tidak mencapai atau lebih dari 10 mIU/mL yang seharusnya.

   Golongan “low resonder” ini sampai saat ini belum diketahui penyebabnya, namun diduga terkait dengan faktor genetika atau sifat bawaan sejak lahir.

   Sehingga solusinya untuk golongan yang “low responder” ini yaitu kita dapat mengulang vaksinasinya atau mengganti vaksin hepatitis B dari pabrik pembuat vaksin yang lain, bila masih juga tidak berhasil, maka dapat diberikan dosis dobel atau dua kali lipat dari dosis dewasa normal perkali suntikan, dengan harapan bahwa peningkatan jumlah antigen vaksin hepatitis B akan cukup merangsang sistem imunologi tubuhnya untuk memproduksi jumlah antibody hepatitis B yang adekuat, yaitu > 10 mIU/ mL darah.

 

PENYAKIT HEPATITIS B

6. Bagaimana jadwal dan cara pemberian vaksin hepatitis B ini?

   Jadwal vaksinasi anak dari IDAI adalah : 0 bulan1 bulan dan 6 bulan (imunisasi lengkap terdiri 3 kali suntikan), sedangkan jadwal vaksinasi dewasa dari PAPDI juga sama : 0 bulan1 bulan dan 6 bulan (imunisasi lengkap terdiri 3 kali suntikan)

** Untuk penderita penyakit ginjal yang menjalankan cuci darah atau hemodialisa, diberikan 2 x lipat dosis orang dewasa perkali suntikan, dengan jadwal suntikan 0 bulan, 1 bulan dan 6 bulan.

   Dosis yang direkomendasikan bervariasi tergantung dari produk dan usia penerima. Umumnya, dosis untuk anak >1 tahun sd

   Terdapat beberapa pilihan untuk menggabungkan vaksinasi hepatitis B ke program imunisasi nasional, dan pilihan jadwal tergantung dari pertimbangan program. Dikarenakan transmisi perinatal atau postnatal memegang peranan penting dalam menyebabkan infeksi kronis secara global, maka dosis pertama dari vaksin hepatitis B sebaiknya diberikan sesegera mungkin (

   Serial imunisasi hepatitis B primer/dasar secara konvensional terdiri dari 3 dosis vaksin (yaitu 1x dosis lahir monovalen diikuti oleh 2 dosis monovalen atau kombinasi). Namun, 4 dosis mungkin diberikan dengan pertimbangan program (misal, 1 dosis lahir monovalen diikuti 3 dosis monovalen atau kombinasi), diberikan tergantung dari jadwal program imunisasi rutin nasional. Untuk anak yang lebih tua dan dewasa, serial primer 3 dosis dengan interval yang sesuai dapat diberikan.

   Studi yang dilakukan melaporkan tingkat seroproteksi berkisar dari 92,6% sd 100% satu bulan setelah jadwal pemberian 0,1, dan 6 bulan; dan berkisar 97% sd 98% satu bulan setelah jadwal pemberian 0,1,2 bulan atau 0,1,3 bulan.

 

7. Bagaimana jika ada jadwal vaksin hepatitis B yang terlewat?

   Data mengenai imunogenisitas menunjukkan pada beberapa usia, interupsi dari jadwal vaksinasi tidak membutuhkan pengulangan serial vaksin. Jika serial primer terinterupsi setelah dosis pertama, dosis kedua sebaiknya diberikan sesegera mungkin dan antara dosis kedua dan ketiga diberi interval minimal 4 minggu; jika hanya dosis ketiga yang tertinggal maka dapat diberikan sesegera mungkin.